Selasa, 10 November 2009

semalam dan pagi ini.

malam ini,
aku menghurai kata,
kata yang indah menusuk jiwa,
jiwa yang lara melihat dosa dunia,
dunia yang suci menjadi pentas dosa,
dosa manusia yang rakus merogol jiwa
jiwa yang tandus ilmu agama.

malam ini,
aku bertanya pada hati,
murah tidak maruah wanita,
sanggup menyerah pada lelaki durjana
lelaki durjana yang haus pada dara wanita,
wanita yang berotak udang tanpa wawasan
berfikir ke belekang bukan kehadapan,
untuk menilai harga keperawanan.

malam ini,
aku bertikam kata,
aku bertikam jiwa,
wahai manusia ingatlah Dia,
jangan menjadi hamba dunia,
jangan menjadi pelacur dunia,
untuk kau bersetubuh dosa dunia.

malam ini,
aku terkalah dengan kata,
semuanya realita bukanya kata fantasi,
lelakiwanita, terunadara, kanakremajadewasa
semuanya sama pendosa.

malam ini,
aku bertanya malam,
mana kesucian masjid, surau, geraja, kuil?
semuanya dicemari nafsu manusia,
mana kain menutup tubuh?
semuanya dibuka untuk dijamah,
memperlihatkan kemurkaan Ilahi,
yang sepatutnya bukan dipertontonkan atau diperdagangkan,
bukan juga untuk ditayangkan di pawagam dunia.

malam ini,
aku bertanya bulan,
adakah bulan menjadi saksi manusia diwaktu malam,
mengukir dosa di lorong-lorong,
bagi menusia menjadi hamba wang,
menjual tubuh pada tuan bergelar lelaki gersang,
menjual tubuh di dalam hotel murah,
seperti maruahnya yang tidak lagi bernilai,

pagi ini,
aku bertanya pada mentari,
adakah mentari menjadi saksi di waktu siang?
saksi manusia yang tidak beriman,
bagi manusia yang berpayung kebaikkan,
untuk menyimpan hasrat temberang,
menjadi Nabi diwaktu siang,
pabila malam menjadi syaitan.

pagi ini,
aku bertanya pada embun,
sanggupkah sang embun mencuci dosa dunia ini lagi?
sanggupkah embun menjadi hakim untuk dosa manusia?
setelah mentari dan bulan menjadi saksi?

Tiada ulasan: